MEJA PINTAR – Mungkin kamu kesulitan menjawab soal apa yang dimaksud dengan philosophische grondslag atau weltanschauung dalam pidato soekarno.
Karena memang pertanyaan apa yang dimaksud dengan philosophische grondslag atau weltanschauung dalam pidato soekarno ini terdengar asing.
Nah maka dari itu simak baik-baik ulasan apa yang dimaksud dengan philosophische grondslag atau weltanschauung dalam pidato soekarno berikut ini agar kamu tidak salah menjawabnya.
Dalam proses kemerdekaan Indonesia, Soekarno mengusulkan philosophische grondslag atau weltanschauung yang digunakan sebagai landasan suatu negara.
Lalu apa yang dimaksud dengan philosophische grondslag atau weltanschauung ?
Pengertian Philosophische Grondslag atau Weltanschauung dalam Pidato Soekarno
Philosophische grondslag, yang berasal dari bahasa Belanda, dapat diartikan sebagai dasar filosofis. Dalam konteks pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945, ia menjelaskan bahwa :
“Philosophische grondslag adalah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi”
Pikiran yang sedalam-dalamnya, menurut Bung Karno tercipta pada pemikiran yang berasal dari lubuk hati paling dalam.
Ini mencakup nilai-nilai positif seperti kebaikan, kejujuran, kebajikan, moralitas, ketakwaan, dan sejenisnya.
Pancasila diakui sebagai philosophische grondslag karena perannya sebagai representasi pemikiran yang tulus dan berasal dari lubuk hati terdalam seluruh bangsa Indonesia.
Dengan merujuk pada konsep philosophische grondslag, Pancasila dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya diharapkan memiliki dasar yang jujur dan bermoral, khususnya berlandaskan pada moral kereligiusan dari lubuk hati yang paling dalam.
Ini mencerminkan keselarasan antara nilai-nilai filosofis yang mendasari pembentukan bangsa Indonesia yang merdeka dan abadi.
Pancasila memiliki peran yang mengikat dan menentukan dalam pelaksanaan serta pengelolaan kekuasaan negara.
Siapapun yang menduduki posisi kekuasaan diharapkan tidak melewati batasan minimal yang diamanahkan, yaitu: lima sila dalam Pancasila.
Ketika seorang pemimpin di Indonesia tidak mematuhi salah satu dari lima sila tersebut, hal tersebut dianggap sebagai penghancuran fondasi politik bangsa ini.
Oleh karena itu, Sukarno juga mengatakan bahwa Pancasila sebagai “meja statis”.
Dalam konteks ini, istilah “meja statis” menggambarkan kestabilan dan ketahanan Pancasila sebagai dasar yang kokoh bagi struktur politik negara. Sukarno menggunakan istilah ini untuk menekankan bahwa Pancasila seharusnya tidak dapat digoyangkan atau dilemahkan oleh siapapun yang berkuasa.
Dengan menegaskan pentingnya mematuhi kelima sila Pancasila, Sukarno ingin menyampaikan bahwa setiap pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut dapat mengancam keseluruhan konstruksi politik bangsa Indonesia.
Sebagai konsekuensinya, prinsip-prinsip Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai panduan moral, tetapi juga sebagai dasar yang tak tergoyahkan untuk menjaga kestabilan politik dan keutuhan negara.
Semoga pembahasan apa yang dimaksud dengan philosophische grondslag atau weltanschauung dalam pidato soekarno diatas bermanfaat bagi sahabat semua.
Terimakasih.