KITA HEBAT – Jelaskan fakta menarik yang kamu ketahui tentang sungai ciliwung ! Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai terpenting di Indonesia, terutama bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Sungai ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan peradaban kuno hingga era modern. Selain itu, Ciliwung juga memiliki berbagai fakta menarik, seperti perannya dalam pertahanan kerajaan, fungsinya dalam pengelolaan air, hingga tantangan lingkungan yang dihadapinya.
Beberapa fakta menarik yang perlu kamu ketahui tentang Sungai Ciliwung adalah sebagai berikut.
Fakta Menarik yang Kamu Ketahui tentang Sungai Ciliwung
Sungai Bersejarah sebagai Benteng Alam
Sungai Ciliwung bukan hanya sekadar sungai biasa, tetapi pernah menjadi salah satu benteng alami Kerajaan Pajajaran (1482-1567).
Bersama dengan Sungai Cisadane, serta Gunung Salak dan Gunung Pangrango, Ciliwung menjadi pertahanan utama ibu kota kerajaan, yaitu Pakuan (sekarang Bogor).
Kesultanan Banten bahkan membutuhkan waktu lebih dari 40 tahun untuk menaklukkan wilayah ini.
Pengelolaan Sejak Zaman Kolonial
Pemerintah kolonial Belanda menyadari pentingnya Sungai Ciliwung dalam menjaga stabilitas Batavia (Jakarta).
Salah satu bentuk pengelolaan yang dilakukan adalah pembangunan Bendung Katulampa pada tahun 1912 oleh insinyur Van Breen.
Bendungan ini bertujuan untuk mengendalikan banjir yang sering terjadi di Batavia akibat luapan Ciliwung.
Peringatan Hari Sungai Ciliwung
Sejak tahun 2012, setiap tanggal 11 November diperingati sebagai Hari Sungai Ciliwung. Penetapan ini berawal dari penemuan dua ekor bulus (sejenis kura-kura) pada 11 November 2011 yang menjadi simbol pentingnya menjaga ekosistem sungai.
Peringatan ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan Ciliwung.
Lingkungan Sungai Ciliwung
Ciliwung dan Masalah Banjir
Sungai Ciliwung sering dikaitkan dengan banjir yang melanda Jakarta. Masalah ini diperburuk oleh berbagai faktor, seperti:
- Hilangnya daerah resapan air di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
- Pembangunan di sekitar sungai yang tidak memperhatikan batas aman minimal 10 meter dari tepian sungai.
- Jakarta yang dulunya merupakan lahan rawa, kini berubah menjadi kawasan permukiman dan perkantoran, mengurangi daya serap air.
Menurut pakar geografi Eko Kusratmoko, solusi utama dalam mengatasi banjir di Jakarta bukan hanya normalisasi atau naturalisasi, tetapi juga pemulihan daerah resapan hijau.
Kepunahan Ikan di Sungai Ciliwung
Keanekaragaman hayati Sungai Ciliwung semakin terancam akibat pencemaran. Penelitian LIPI menunjukkan bahwa dari 187 jenis ikan yang pernah ada, kini hanya tersisa sekitar 20 jenis.
Beberapa spesies yang telah punah atau sulit ditemukan antara lain belida, soro, dan lele.
Penyebab utama kepunahan ini meliputi:
- Pembuangan sampah rumah tangga dan limbah industri ke sungai.
- Penggunaan bahan kimia berbahaya dari limbah pertanian.
- Introduksi ikan predator yang bukan merupakan spesies asli Ciliwung.
Untuk mengembalikan ekosistem sungai, masyarakat perlu berperan aktif dalam menjaga kebersihan dan mengurangi pencemaran.
Sungai Ciliwung: Bentangan dan Pembagian Wilayah
Sungai Ciliwung memiliki panjang sekitar 120 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 387 kmĀ². Sungai ini mengalir dari hulu di Bogor hingga hilir di Jakarta. Wilayah DAS Ciliwung terbagi menjadi tiga bagian:
- Ciliwung Hulu: Meliputi kawasan Kabupaten Bogor dan Kota Bogor dengan luas 15.251 hektar.
- Ciliwung Tengah: Mencakup Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, dan Bekasi dengan luas 16.706 hektar.
- Ciliwung Hilir: Berada di wilayah DKI Jakarta dengan luas 6.295 hektar.
Sayangnya, kawasan hutan yang berfungsi sebagai pengatur tata kelola air di DAS Ciliwung kini hanya tersisa sekitar 9,7% dari total wilayahnya. Idealnya, kawasan hijau harus mencapai minimal 30% untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Masalah Sampah dan Limbah
Sungai Ciliwung menghadapi tantangan besar terkait pencemaran. Berdasarkan penelitian, jumlah limbah yang masuk ke sungai mencapai 54,4 ton BOD (Biological Oxygen Demand) per hari, sementara daya tampung sungai hanya sekitar 9,29 ton BOD per hari. Ini menunjukkan bahwa Ciliwung telah melewati batas kemampuan alaminya dalam menampung polusi.
Beberapa penyebab utama pencemaran meliputi:
- Pembuangan limbah rumah tangga dan industri secara tidak terkendali.
- Perubahan tata ruang dan alih fungsi lahan yang menyebabkan meningkatnya limbah domestik dan industri.
- Hilangnya daerah sempadan sungai yang sebelumnya berfungsi sebagai penyaring alami polutan.
Kesimpulan
Sungai Ciliwung bukan hanya sekadar aliran air, tetapi juga memiliki nilai sejarah, sosial, dan ekologis yang tinggi.
Keberadaannya telah menjadi bagian penting dari perkembangan peradaban di Pulau Jawa, mulai dari zaman Kerajaan Pajajaran hingga era modern Jakarta.
Namun, tantangan besar seperti banjir, pencemaran, dan hilangnya keanekaragaman hayati membuat kita harus lebih peduli terhadap kelestarian sungai ini.
Melalui peringatan Hari Sungai Ciliwung dan upaya konservasi, diharapkan kesadaran masyarakat semakin meningkat untuk menjaga ekosistem sungai ini agar tetap bermanfaat bagi generasi mendatang.