KITA HEBAT – Istilah yang sering dipakai untuk melagukan Al-Qur’an adalah ? Inilah salah satu pertanyaan dalam pelajaran Agama islam.
Jika kamu masih kesulitan mencari jawaban dari soal istilah yang sering dipakai untuk melagukan al-qur’an adalah, mari kita bahas bersama disini.
istilah yang sering dipakai untuk melagukan al-qur’an adalah Tilawah.
Menurut bahasa tilawah memiliki arti pembacaan ayat al-Qur`an dengan baik dan indah.
Dalam melagukan Al-Quran terdapat 7 irama yang sering digunakan di Indonesia.
Irama Tilawah Alquran
Irama Bayati
Irama bayati adalah irama tilawatil alqur’an yang sangat populer di Indonesia.Bayati adalah istilah standar untuk lagu atau maqom yang selalu dijadikan lagu pembuka oleh para Qari senior di Mesir dalam tradisi melantunkan Al-Qur’an.
Di kalangan Qari di Indonesia, irama ini sangat dikenal dan merupakan salah satu kriteria penilaian pada MTQ/STQ. Irama Bayati memiliki empat tingkatan tangga nada, yaitu:
- Qoror (dasar)
- Nawa (menengah)
- Jawab (tinggi)
- Jawabul Jawab (tertinggi)
Setiap tingkatan nada ini disebut dengan bayati qoror, bayati nawa, bayati jawab, dan bayati jawabul jawab.
Irama Shoba
Irama Shoba dikenal karena memiliki karakter yang halus dan lembut, sehingga mampu membangkitkan perasaan emosional bagi mereka yang melantunkannya atau mendengarkannya.
Bagi Qari yang melantunkan irama Shoba, penting untuk memiliki semangat yang tinggi agar karakternya terpancar dengan jelas dan memiliki makna yang lebih mendalam.
Irama Shoba terdiri dari empat tingkatan nada, yaitu:
Awal maqom Shoba: Nada suara dapat dimulai dari nada antara nawa dan jawab (antara nada 2 sampai 4 secara umum). Gerakan relatif lurus bersama aksentuasi diakhiri dengan gerakan turun naik relatif.
Asyiron (nawa): Dimulai dengan sedikit nada lebih tinggi dari nada akhir awal maqom, selama tidak ada kesan sumbang dengan beberapa kali aksentuasi suara. Nada turun naik didengarkan tanpa dijembatani gerakan-gerakan tertentu.
Ajami (jawab): Nada suara awal dimulai sama dengan nada mulai Shoba Asyiron, kemudian naik kepada nada jawab secara mantap dan seimbang diikuti dengan aksentuasi dalam jumlah empat atau lima kali. Pada nada tinggi ini, dapat terdengar elefasi (nada melengkung) atau gerakan cepat dan tepat.
Quflah Bustanjar: Nada ini merupakan nada khusus yang diakhiri pada Shoba. Biasanya digunakan pada akhir jawab dengan gerakan-gerakan tertentu. Naik dalam dua gerakan dan kembali turun dalam gerakan lurus. Pada ujung suara, volume suara hendaknya diperkecil.
Irama Nahawand
Selanjutnya, Irama Nahawand memiliki karakteristik sedih. Lagu ini sangat sesuai untuk melantunkan syair atau ayat-ayat Al-Qur’an dengan nuansa kesedihan.
Nada suara awal Nahawand dimulai dari nada antara nawa dan jawab. Nahawand juga memiliki tingkatan nada untuk maqomnya, yaitu nawa, jawab, dan Quflah Mahur.
Quflah Mahur adalah nada akhir khusus yang dimiliki oleh lagu Nahawand dan lazimnya terdengar pada akhir awal maqom Nahawand.
Nada ini memiliki gerakan dalam gerak elepasi menurun, diikuti oleh gerakan lurus sebanyak 2 hingga 4 kali dalam gerakan yang wajar.
Irama Hijaz
Irama Hijaz memberikan gambaran tarikan khas Timur yang begitu memukau. Lagunya memiliki keaslian mendasar, dan beberapa orang mengatakan bahwa irama ini sering dinyanyikan oleh penggembala unta di padang pasir.
Hijaz biasanya digunakan setelah Nahawand, sehingga awal maqom Hijaz sebaiknya dimulai dengan nada yang sama seperti akhir jawab Nahawand sebelumnya.
Jika tidak, kemungkinan nada sumbang dapat terjadi. Penting untuk dicatat bahwa irama Al-Qur’an harus bebas dari nada sumbang, sebagai suara yang sebaiknya dihindari oleh setiap pembaca.
Hijaz memiliki empat tingkatan nada, yakni Awal maqom, Hijaz Kar, Hijaz Kar dan Kur, serta Alwan Hijaz.
Irama Rost
Irama Rost, jenis irama yang paling dominan, bahkan menjadi lagu dasar. Irama Al-Qur’an ini sedikit lebih cepat dibandingkan dengan lagu murrotal lainnya, sehingga sering digunakan saat mengumandangkan Adzan dan oleh seorang imam yang memimpin sholat berjamaah.
Rost memiliki empat tingkatan nada, yaitu Awal maqom Rost, Kuflah Zinjiron, Syabir Alarrost, dan Alwan.
Irama Sikah
Irama Sikah memiliki karakteristik kental ketimuran, merakyat, dan mudah dikenali serta akrab. Di Mesir, irama Sikah sangat populer di kalangan umat Islam.
Irama ini memiliki keunikan dan sering digunakan saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sikah memiliki tiga tingkatan nada, yakni Iraqi (nawa), Turki (jawab), dan variasi Raml.
Irama Jiharkah
Irama Jiharkah ditandai dengan ritme raml atau minor yang memberikan kesan sangat manis ketika didengar.
Alunan iramanya mampu menghadirkan perasaan yang mendalam. Jiharkah sering kali dinyanyikan saat takbiran pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Awal dari lagu Jiharkah umumnya mirip dengan awal lagu Sika, dengan suara minor yang relatif lurus, diikuti oleh nada sedikit lebih tinggi yang tetap mempertahankan gerakan-gerakan sebelumnya.
Akhirnya, lagu ini ditutup dengan nada gerakan lurus secara wajar. Jiharkah memiliki dua tingkatan, yaitu:
Nawa: Nada ini dimulai sedikit lebih tinggi dari nada awal maqom. Gerakan selanjutnya hampir serupa dengan gerakan suara dari nada awal maqom.
Jawab: Nada ini dimulai lebih tinggi dari nada nawa dengan gerakan-gerakan elepasi yang memberikan kesan minor satu atau dua kali. Dilanjutkan dengan aksen nada tinggi dan diakhiri dengan nada bertangga turun bersama elepasi, atau bisa juga secara turun bertangga murni dengan gerakan-gerakan yang wajar.
Perbedaan Irama Tilawah Al Quran
Berikut adalah perbedaan irama tilawah menuruk dinamikanya.
- Irama Bayyati adalah adagio, yang mengindikasikan gerakan lambat dan penuh perasaan.
- Syuri adalah lento, menunjukkan gerakan lambat yang menarik-narik.
- Shoba adalah allegro, menandakan gerakan ringan dengan kecepatan.
- Hijaz adalah grave, menggambarkan gerakan lambat dan khidmat.
- Rost adalah allegro, menggambarkan gerakan ringan dan cepat.
- Jiharkah adalah allegro, menggambarkan gerakan ringan dan cepat. Namun, bisa juga menggunakan gerakan lambat dan khidmat, tergantung pada pelantunnya.
- Lagu Jiharkah ini sangat bergantung pada cara pelantunannya.
Cara Melatih Suara Tilawah Al Quran
Untuk mendapatkan suara tilawah yang bagus, ada beberaoa cara melatihnya, diantaranya adalah :
- Melatih makhorijul Huruf Hijaiyah agar sesuai dengan sifat dan tempatnya.
- Melatih kekuatan suara untuk memastikan kejelasan dan kejernihan.
- Melatih pernafasan agar lebih baik.
- Latihan teknik vibrasi atau getaran suara.
- Melatih suara nada tinggi untuk menghindari teriakan saat melantunkan Qur’an.
- Mempelajari dan melatih irama seni membaca Al-Qur’an.
- Mendengarkan audio atau murottal untuk meresapi gaya dan irama yang baik.
- Berdoa agar diberikan kemudahan dalam melatih dan melantunkan Al-Qur’an.
Semoga ulasan diatas bermanfaat bagi sahabat semua.